Muharram adalah salah satu bulan yang dimuliakan karena merupakan awal tahun dalam kalender Hijriyah. Selain merayakan Tahun Baru Hijriyah pada tanggal 1 Muharram, sebagian masyarakat juga menganggap tanggal 10 Muharram sebagai Hari Raya atau Lebaran bagi anak yatim.
Istilah “Idul Yatama” (Hari Raya anak yatim) sebenarnya hanya merupakan ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim karena pada hari itu banyak orang memberikan perhatian dan bantuan kepada mereka. Namun, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, disebutkan bahwa umat Islam hanya memiliki dua Hari Raya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri:
“Dari Anas, dia berkata: Rasulullah SAW datang ke Madinah dan orang-orang Madinah memiliki dua hari raya yang mereka rayakan dengan sukacita. Kemudian Rasulullah bertanya, ‘Apa maksud dari dua hari ini?’ Mereka menjawab, ‘Sejak zaman Jahiliyah, kami biasa bersenang-senang pada dua hari ini.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah menggantikannya dengan dua hari raya yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri'” (HR: Abu Daud: 1134).
Momentum tanggal 10 Muharram dianggap sebagai Hari Raya anak yatim berdasarkan anjuran untuk memberikan bantuan kepada anak-anak yatim pada hari itu. Rasulullah SAW sangat mencintai anak-anak yatim, dan beliau lebih mencintai mereka pada hari Asyura (tanggal 10 Muharram). Pada hari itu, Rasulullah SAW memberikan makanan dan bantuan tidak hanya kepada anak yatim, tetapi juga kepada keluarga mereka.
Dalam kitab “Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin” disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura (tanggal 10) Muharram, maka Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 syuhada’. Dan barangsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, maka Allah akan meningkatkan derajatnya dengan setiap rambut yang diusapnya.”
Amalan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW saat memasuki hari Asyura pada tanggal 10 Muharram adalah memberikan bantuan kepada anak yatim. Selain memberikan bantuan kepada anak yatim, amalan lain yang sangat dianjurkan pada hari Asyura adalah mengusap kepala anak yatim sebagai tanda kasih sayang kepada mereka. Nabi juga mengajarkan untuk menyayangi anak yatim ketika berinteraksi dengan mereka, memeluk mereka, dan mengusap kepala mereka, karena ini dapat melembutkan hati mereka dan mengobati kekerasan hati mereka.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seseorang yang mengeluhkan kerasnya hati kepada Rasulullah SAW, lalu beliau berkata kepadanya: “Jika engkau ingin melembutkan hatimu, maka berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim” (HR. Ahmad).
Baik memberikan bantuan kepada anak yatim maupun mengusap kepala mereka adalah amalan yang dapat dilakukan pada hari Asyura, yang oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai hari raya kedua setelah Idul Adha dan Idul Fitri. Seperti dalam hadis sebelumnya, Rasulullah SAW melaksanakan amalan yang membahagiakan dan memberikan bantuan kepada anak yatim, bahkan menjamu mereka pada tanggal 10 Muharram atau hari Asyura.